PENULISAN KHAT AL-QUR’AN DAN ADAB PENULISANNYA
Rasm
Dalam bab ini dijelaskan bahwa para Ulama dari golongan mutaqaddimin
maupun mutaakkhirin, seperti Abu Amr ad-Dani menghususkan pembahasan
bab rasm ini dalam kitab tertentu. Sebagai penentang kaidah yang
rumuskan Abu al-Abbas al-Marakisyi, ad-Dani menyusun ‘Unwan ad-Dalil fi Marsum Khat at-Tanzil’,
yang di dalamnya dijelaskan bahwa Perbedaan bentuk penulisan huruf
dipengaruhi perbedan makna kalimat-kalimatnya.
Adapun kaidah Bahasa Arab menjelaskan bahwa lafadz itu ditulis
dengan huruf-huruf hijaiyyah dengan menjaga permulaan dan waqaf/pemberhentian.
Ulama’ ahli nahwu telah membentangkan dasar-dasar dan kaedah-kaedahnya dan
sungguh terdapat perselisihan sebagian huruf dalam penulisan khat Mushaf al-Imam.
Sementara itu, bab rasm terangkum dalam hadzf, ziyadah,
hamz, badal, fashl, dan bacaan yang mengandung dua qira’ah maka ditulis menurut salah
satu diantaranya.
1.
Kaedah
pertama; hadzf (pembuangan). Diantara kaedah yang terdapat dalam hadzf
adalah:
Alif dibuang dari :
-
ya’
nida’, contoh: "يأيها الناس،
-
ha’
tambih, contoh: "هؤلاء"،
-
atau
seperti lafadh "أولئك"،
و"لكن"،
-
isim
alam dengan huruf lebih dari empat, contoh : إبراهيم , kecuali جالوت وطالوت وهامان ويأجوج
ومأجوج وداود
-
isim
tasniyah atau fiil yang bertemu dlomir tasniah dimana alif bukan sebagai huruf
terakhir: "رجلان"،
"يعلمان"،
-
jamak
mudzakar atau mu’annats salim "إلا
طاغون"، "روضات"
kecuali jika disandingi hamzah atau tasydid"الصائمين والصائمات"، أو
تشديد نحو: "الضالين"، و"الصافات"،
-
jamak
dengan wazan مفاعل contoh: المسجد مسكن
ya’ dibuang dari
-
isim
manqush yang ditanwin ketika rafa’ dan jar, contoh : "باغ ولا عاد"
-
menjadi
mudhof ilaih ketika menjadi munada, kecuali: {يَعِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا}
{يَعِبَادِيَ الَّذِينَ آمَنُوا}
lam dibuang
-
ketika
idghom misli. Contoh : اليل، والذي،إلا الله، واللهم
pembuangan yang tidak masuk pada kaedah
-
alif
dibuang dari ملك الملك"، "ذرية ضعفا"،
"مرغما"، "خداعهم" "أكلون للسحت" "بلغ"،
"ليجدلوكم"
-
ya’
dibuang dari إبرهم" في البقرة، و "الداع إذا
دعان"، و "من اتبعن"، و"سوف يأت الله"، "وقد
هدان"، "ننج المؤمنين"
-
wawu
dbuang dari "ويدع الإنسان" و"يمح
الله" في شورى، "يوم يدع الداع"، "سندع الزبانية"
2.
Kaedah
ke dua; ziyadah (penambahan)
Alif ditambahkan setelah:
-
wawu
dalam isim jama’. Contoh: بنوا إسرائيل"،
"ملاقوا ربهم"، "أولوا الألباب"،
-
hamzah
yang ditulis dengan wawu. Contoh: "تفتؤا"
-
di
dalam lafadz-lafadz مائة ومائتين والظنونا والرسولا
والسبيلا، "ولا تقولن لشائ"، و"لا أذبحنه" "ولا
أوضعوا" و"لا إلى الله"، و"لا إلى الجحيم"، و"لا
تايئسوا إنه لا"، "يايئس" "أفلم يايئس"
-
diantara
ya’ dan jim, "جاي"
في الزمر والفجر
ya’ di tambahkan dalam: "نبائ المرسلين" و"ملإيه"
"ملإيهم"
wawu ditambahkan dalam "أولوا" "dan
cabang-cabangnya ،
و"سأوريكم".
ð Berkata al-Kirmani dalam kitab al-‘Ajaib; sebelum adanya
khat arabiy bentuk harakat fathah berupa alif, dhommah berupa wawu, dan kasroh
berupa ya’, sehingga "إيتائي ذي القربى" لا أوضعوا""أولئك"
3.
Kaedah
ke tiga; hamzah
Penulisan huruf hamzah yang disukun disesuaikan harokat huruf
sebelumnya; jika fathah dengan alif, jika dhomah dengan wawu dan jika kasroh
maka dengan ya’, baik di awal, di tengah maupun di akhir: : إئذن، وأؤتمن، والبأساء واقرأ وجئناك
وهيئ والمؤتون و تسؤهم
ketika berharokat; jika berada di awal atau bertemu dengan huruf
tambahan, maka ditulis dengan alif secara mutlaq, contoh: "أيوب" "إذ"
"أولوا"، kecuali: : "أئنكم لتشهدون"،
"أئنكم لتأتون" في النمل والعنكبوت "أئنا لتاركوا" "أئن
لنا" في الشعراء "أئذا متنا" "أئن ذكرتم"
"أئفكا" "أئمة" "لئلا لئن"، "يومئذ"،
"حينئذ"yang ditulis dengan ya', kecuali "قل أؤنبئكم" و
"هؤلاء" yang ditulis menggunakan wawu.
Jika berada di tengah maka ditulis dengan huruf harokatnya
(fathah-alif, dhomah-wawu, kasroh-ya’). Contoh : سأل،
سئل نقرؤه، . kecuali و"لأملئن"، "وامتلئت"،
و"اشمئزت"،
Jika huruf sebelumnya berharokat fathah, kasroh mka ditulis dengn
hurufnya (yang sesuai) "الخاطئة" "فؤادك"، "سنقرئك"
Jika sebelumnya berharokat sukun maka dibuang huruf-huruf itu يسئل"،
"لا تجئروا" "إلا النشأة" "وموئلا
Jika huruf sebeumnya itu alif yang berharokat fathah, maka
sebagaimana terdahulu yakni dibuang
karena berkumpulnya hamzah dengan alif, أبناءنا, tapi jika didhomah atau dikasrah maka
tidak dibuang:
"آباؤكم"، "آبائهم"، "إلا"
Jika jatuh setelah huruf yang sejenis maka dibuang, contoh:
"شنئان""مستهزءون"
Jika hamzah berada di akhir kata maka ditulis sesuai dengan huruf
harokat huruf sebelumnya, contoh: سبأ، شاطئ، لؤلؤ. Kecuali di beberapa lafadh: تفتؤا، يتفيؤا، أتوكؤا، لا تظمؤا، ما يعبؤا، يبدؤا، ينشؤا،
يذرؤا، نبؤا، قال الملؤا
Jika huruf sebelumnya itu disukun, maka huruf harokatnya dibuang.,
contoh: ملء الأرض" دفء، شيء، الخبء، ماء kecuali: "لتنوأ" "و أن
تبؤأ"، و"السوآى
4.
Kaedah
ke 4, Badal: penggantian
Alif ditulis dengan wawu untuk faedah tafkhim: الصلوة، والزكوة، والحيوة، ktika
tidak mudhof
Alif sebagai pengganti ya’ ditulis dengan ya’, contoh: :
"يتوفيكم"
sebagaimana juga lafadh-lafadh: إلى، وعلى، وأنى بمعنى
كيف، ومتى، وبلى، وحتى
Jika wawu berada di akhir kata tiga huruf maka diganti alif: الصفا، وشفا، وعفا
kecuali ضحى
dan وسجى
Nun taukid khofifah diganti alif: لنسفعا
ويكونا
Ha’ ta’nis ditulis dengan ha’ (ta’ marbuthoh) kcuali:
-
رحمت di surah baqarah, a’raf, hud, maryam, rum dan zukhruf,
-
نعمت di surah al-baqarah, ali
imran, al-maidah, ibrahim, nahl, luqman, fathir dan at-Thur
-
سنت di surah al-anfal, fathir
5.
Kaedah
ke 5; washl dan fahsl
Dalam kaedah ini dirumuskan penulisan lafad-lafadh yang disampung
atau dipisah dengan lafadz lain seperti ألا
atau أن لا , مما atau من ما, عما atau عن ما , إما atau إن ما dan
lain-lain.
6.
Kaedah
ke 6: terkait lafadh-lafadh yang mengandung dua bacaan (qiraah) dan
ditulis salah satu dari qiraah tersebut. Seperti dalam lafadh ملك يوم الدين"،
yang mana mimnya ملك ada yang membaca panjang dan ada yang
membaca pendek, maka dalam penulisannya ditulis pendek.
Etika Penulisan
Disunnahkan menulis al-Qur’an denga tulisan yang bagus, jelas, dan
tidak mempersulit.
-
Orang
pertama yang menulis al-Qur’an dengan syakal adalah Abu al-Aswad ad-Duali atas
perintah khalifah Malik bin Marwan, ada yang mengatakan hasan al-Basri, ada
juga yang mengatakan Nasr bin Ashim al-Laitsi
-
Orang
pertama yang meletakkan hamzah, tasydid, rum, dan isymam adalah al-Khalil
Disunnahkan mencium mushaf. Karena Ikrimah bin Abu Jahal RA
melakukan ha itu, karena al-Qur’an adalah hidayah Allah. Maka disyariatkan
menciumnya sebagaimana disunnahkan mencium anak kecil.
Disunnahkan memberi wangian pada mushaf
Diperbolehkan menghasinya dengan perak untuk memulyakan, menurut
qaul yang shahih
Haram menyentuh mushahf saat berhadats baik kecila atau besar.
Al-Itqan fi Ulumil Qur’an,juz
4