Rabu, 04 Maret 2015

0 MUSHOLLA SAFINATUTTAQWA RAU KEDUNG JEPARA



NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG
 DALAM JAM’IYYAH TAHTIMUL QUR’AN
MUSHOLLA SAFINATUTTAQWA RAU KEDUNG JEPARA

A. Pendahuluan
Jika sekarang kita saksikan banyak musholla yang sepi dari aktifitas mengaji, berbeda dengan kondisi santri musholla zaman dahulu yang semangat mengkaji al-Qurannya tinggi. Di Musholla Safinatuttaqwa yang diasuh beliau Romo KH. M. Husnan pada zaman dahulu juga banyak ditemui santri yang mengaji. Adapun penekanan pada saat itu adalah mendalami bacaan al-Qur’an disamping juga ada pengajian bandongan beberapa kitab salaf yang langsung diasuh beliau, seperti Tafsir Jalalain, Riyadhus Sholihin, Fathul Mu’in, Ta’limul Muta’allim dan lain-lain.
Pengajian sorogan al-Qur’an inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Jam’iyyah Tahtimul Qur’an Safinatut Taqwa. Setiap selesai mengaji, para santri melakukan dirosah secara pribadi atau kelompok untuk mempercepat kelancaran membaca al-Qur’an dan juga mengharap berkah al-Qur’an. Sehingga untuk menambah semangat dalam bertadarrus al-Qur’an beliau Romo KH. Muhammad Husnan membentuk perkumpulan tahtiman al-Qur’an dengan anggotakan para santri. Para santri putri yang senior diwajibkan menghatamkan al-Qur’an secara bersama dalam waktu dua minggu, sehingga terbentuklah jam’iyyah tersebut. Ummi Sa’adah, putri beliau yang terakhir, yang saat itu sedang tahfidh al-qur’an di Pondok Pesantren Manba’ul Qur’an Sukosono Kedung Jepara harus pulang setiap dua minggu sekali untuk memimpin dan memberikan bimbingan kepada rekan-rekanita santri musholla dalam jam’iyyah tahtimul qur’an tersebut.[1]
Pada generasi pertama, jumlah anggota hanya 12 orang. Lambat laun berkembang dan memberi warna pada lingkungan. Sampai saat ini jumlah anggota mencapai lebih dari 80 orang yang tidak hanya santriwati dan alumni musholla Safinatuttaqwa saja yang mengikutinya.[2] Dari beberapa anggota juga ada yang berasal dari desa tetangga. Semangat dan geliat merekalah yang menjadi sorotan peneliti dalam penelitian ini. Sehingga penelitian ini saya beri judul NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM JAM’IYYAH TAHTIMUL QUR’AN MUSHOLLA SAFINATUTTAQWA RAU KEDUNG JEPARA.

B.  Rumusan Masalah
1.      Bagaımana gambaran kegiatan Tahtimul Qur’an Safinatut Taqwa Rau Kedung Jepara ?
2.      Apa saja nilai-nilai yang terkandung dalam Jam’iyyah Tahtimul Qur’an Safinatut Taqwa Rau Kedung Jepara ?

C.  Kerangka Teori
1.    Pengertian Nilai
Berikuta penulis kutipkan dari Eka Pariaman Zai bahwa para ahli telah mendefinisikan arti nilai sebagaimana berikut :
-   Menurut Fraenkel (1977) “A Value is an idea- a concept about- what some thinks is important in life ( nilai adalah ide atau konsep tentang apa yang dipikirkan seseorang atau dianggap penting oleh seseorang)
-   Danandjaja, nilai merupakan pengertian-pengertian (conceptions) yang dihayati seseorang mengenai apa yang lebih penting atau kurang penting, apa yang lebih baik atau kurang baik, dan apa yang lebih benar atau kurang benar.
-   Kluckhohn (mulyana, 2004:1) Nilai adalah konsepsi (tersurat atau tersirat, yang sifatnya membedakan individu atau ciri-ciri kelompok) dari apa yang diinginkan, yang memengaruhi tindakan pilihan terhadap cara, tujuan antar dan tujuan akhir.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa nilai itu adalah sesuatu hal yang bersifat abstrak, seperti penilaian baik atau buruknya sesuatu, penting atau kurang penting, apa yang lebih baik atau kurang baik, dan apa yang lebih benar atau kurang benar yang dapat mempengaruhi perilaku manusia dalam bertindak atau berbuat sesuatu hal dalam kehidupan sosial.[3]

2.    Macam-macam Nilai
Dalam filsafat, nilai dibedakan dalam tiga macam, yaitu:
a.    Nilai logika adalah nilai benar salah.
b.    Nilai estetika adalah nilai indah tidak indah.
c.    Nilai etika/moral adalah nilai baik buruk. [4]
Berdasarkan klasifikasi di atas, kita dapat memberikan contoh dalam kehidupan. Jika seorang siswa dapat menjawab suatu pertanyaan, ia benar secara logika. Apabila ia keliru dalam menjawab, kita katakan salah. Kita tidak bisa mengatakan siswa itu buruk karena jawabanya salah. Buruk adalah nilai moral sehingga bukan pada tempatnya kita mengatakan demikian. Contoh nilai estetika adalah apabila kita melihat suatu pemandangan, menonton sebuah pentas pertunjukan, atau merasakan makanan, nilai estetika bersifat subjektif pada diri yang bersangkutan. Seseorang akan merasa senang dengan melihat sebuah lukisan yang menurutnya sangat indah, tetapi orang lain mungkin tidak suka dengan lukisan itu. Kita tidak bisa memaksakan bahwa luikisan itu indah.
Nilai moral adalah suatu bagian dari nilai, yaitu nilai yang menangani kelakuan baik atau buruk dari manusia. moral selalu berhubungan dengan nilai, tetapi tidak semua nilai adalah nilai moral. Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan manusia. Nilai moral inilah yang lebih terkait dengan tingkah laku kehidupan kita sehari-hari.
Notonegoro sebagaimana dikutip Rahmat Fauzi menyebutkan bahwa ada 3 macam nilai yaitu sebagai berikut :
a.    Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia atau kebutuhan ragawi manusia.
b.    Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.
c.    Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai kerohanian meliputi
1)   Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) anusia.
2)   Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsure perasaan(emotion) manusia.
3)   Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak (karsa,Will) manusia.
4)   Nilai religius yang merupakan nilai keohanian tertinggi dan mutlak serta bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia.[5]

D.  Metode Penelitian
1.    Pendekatan
Abudin Nata, sebagaimana dikutip Ulya mendefinisikan pendekatan sebagai cara pandang yang digunakan untuk menjelaskan satu data yang dihasilkan dalam penelitian[6]. Dalam penelitian ini pendekatan yang peneliti pakai adalah pendekatan hermeneutikan. Yaitu menempatkan fenomena yang ada yakni Jam’iyyah Tahtimul Qur’an sebagai sebuah teks yang mengandung mena (makna). Untuk menggali  makna, dalam teori dan pendekatan hermeneutika yang dikemukakan oleh khaled M. Abou Al-Fadl sebagaimana dikutip Nasri Kurnialloh, harus memperhatikan 3 unsur yakni: Teks (unsure teks), Author (unsur pengarang), Reader (unsure pembaca)[7]. Maka dalam penelitian ini keberadaan jamiyyah peneliti posisikan sebagai teks, para jamaah sebagai author dan peneliti sebagai reader.

2.    Metode Penggalian Data
Untuk menggali data-data yang dibutuhkan, peneliti menggunakan dua metode. Yang pertama observasi, yakni teknik pengumpulan data dengan cara peneliti melakukan pengamatan secara sistematis terhadap fenomena yang menjadi obyek atau sasaran penelitian.[8]
Yang ke dua, wawancara. Yaitu pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikontruksikan makna dalam topic tertentu.[9]

3.    Metode Analisis Data
Dalam menganalisis data yang diperoleh, peneliti mengikuti Miles dan Huberman sebagaimana dikutip Ulya, M.Ag., bahwa langkah-langkah analisis data lapangan sebagai berikut :
a)    Reduksi data, yaitu mengurai data dalam susunan laporan  yang terinci (fieldnote).
b)   Display data. Yaitu mengklasifikasi data, mengodekan, dan mensistimatisasikan agar peta data dikuasai.
c)    Mengambil kesimpulan dan verifikasi.[10]

E.  Pembahasan
1.    Jam’iyah Tahtimul Qur’an Musholla Safinatut Taqwa
a.    Gambaran Umum
Musholla Safinatuttaqwa terletak di RT 3 RW 2 desa Rau Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara. Akan tetapi untuk acara jam’iyyah bergilir ke rumah-rumah anggota yang mendapat giliran setiap minggunya. Ada yang dari Rt setempat, lingkungan rw setempat, satu desa bahkan ada dari yang luar desa, yaitu Sukosono Kedung Jepara.[11]
Acara jam’iyyahan dilaksanakan setiap minggunya satu kali, yaitu setiap hari jum’at selesai jum’atan. Kecuali hari-hari besar. Namun kadang mengikuti permintaan tuan rumah yang mempunyai acara yang membutuhkan bantuan doa, semisal punya hajat syukuran rumah baru, syukuran menghitankan anaknya, syukuran nikahan bahkan kirim doa untuk keluarga yang meninggal.[12]
Adapun proses jalannya jamiyyahan tahtimul Qur’an adalah dimulai dengan pembukaan, pembacaan al-Qur’an dengan bersama-sama. Oleh karena peserta tahtiman lebih dari 60 orang dan yang dibaca hanya 30 juz maka pembacaannya dibagi bagi. Satu juz dibaca dua orang atau lebih dan selebihnya disediakan tasbih untuk berdzikir sebagai pengganti bacaan. Untuk berdzikir ini diutamakan untuk mereka yang datang bulan karena tidak boleh membaca al-Qur’an.
Setelah pembacaan al-Qur’an genap 30 juz maka disambung dengan bacaan tahlil bersama yang dipimpin ketua jamiyyah atau wakilnya baru kemudian diakhiri dengan doa.
Setelah prosesi bacaan tahtiman dan tahlil selesai barulah pengumpulan dana iuran sambil pembagian konsumsi. Besaran iuran jamiyyah adalah sepuluh ribu rupiah. Hasil iuran yang terkumpul tersebut. Dibagi ke bebrapa obyek. Yang pertama untuk tuan rumah sebagai pengganti uang konsumsi. Ke dua untuk uang kas organisasi yang penggunaannya sesuai dengan kesepakatan bersama. Misalnya saat selesai putaran bisa jadi mengadakan tasyakuran di musholla dengan acara tahtiman juga dan makan-bersama. Kadang juga melakukan ziarah ke tempat para wali.[13]

b.    Susunan Kepengurusan
Setiap organisasi tentunya harus ada susunan kepengurusannya. Tak terkecuali dengan Jam’iyyah Tahtimul Qur’an Safinatut Taqwa Rau Kedung Jepara. Adapun susunan kepengurusannya adalah sebagai sebagai berikut:
-       Ketua                   : Ibu Rokhaatun
-       Wakil Ketua        : Ibu Ummi Sa’idah
-       Sekretaris             : Ibu Suciati
-       Bendahara           : Ibu Suciati
-       Seksi Konsumsi   : Ibu Anisa dan Ibu Rokhmatun [14]

2.    Nilai-nilai yang Terkandung dalam Jam’iyyah Tahtimul Qur’an Safinatut Taqwa Rau Kedung Jepara
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa nilai adalah sesuatu hal yang bersifat abstrak, seperti penilaian baik atau buruknya sesuatu, penting atau kurang penting, apa yang lebih baik atau kurang baik, dan apa yang lebih benar atau kurang benar yang dapat mempengaruhi perilaku manusia dalam bertindak atau berbuat sesuatu hal dalam kehidupan sosial.[15]Maka setelah peneliti melakukan analisa sederhana, penliti temukan beberapa nilai yang terdapat dalam kegiatan Jamiyyah Tahtimul Qur’an.
a.    Nilai Kebersamaan
Kebersamaan yang tercipta dalam Jam’iyyah Tahtimul Qur’an tentulah kebersamaan yang bermanfaat yang diridloi Allah, karena di dalamnya para jamaah yang dipimpin oleh ketua, membaca al-Quran secara bersama-sama sehingga menjadi lebih semarak dan semangat. Hal ini secara tidak langsung menjadikan al-Qur’an hidup di tengah masyarakat dan menciptakan masyarakat yang akrab dengan al-Qur’an. Semangat yang Al-Qur’an yang menggema adalah  :
(#qßJÅÁtGôã$#ur È@ö7pt¿2 «!$# $YèÏJy_ Ÿwur (#qè%§xÿs? 4 (#rãä.øŒ$#ur |MyJ÷èÏR «!$# öNä3øn=tæ øŒÎ) ÷LäêZä. [ä!#yôãr& y#©9r'sù tû÷üt/ öNä3Î/qè=è% Läêóst7ô¹r'sù ÿ$ZRºuq÷zÎ)¾ÏmÏFuK÷èÏZÎ/  
“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali Allah dan janganlah kamu sekalian berpecah belah, dan ingatlah nikmat Allah atas kamu semua ketika kamu bermusuh- musuhan maka Dia (Allah) menjinakkan antara hati-hati kamu maka kamumenjadi bersaudara .......(Q.S. Ali Imron ayat 103)

Mengenai ayat ini, Ar-Razi memberikan penafsirannya dalam Tafsir Mafatih al-Ghaib bahwa yang dimaksud al-habl (tali Allah) dalam ayat ini adalah segala sesuatu yang menyampaikan pada kebaikan dan kebenaran dalam urusan agama.[16] Sedangkan membaca al-Qur’an secara berjamaah dengan dipimpin oleh ahli Qur’an merupakan termsuk dalam kebaikan dan kebenaran dalam beragama. Ketika seseorang sudah masuk dan bergambung menjadi anggota, sduah selayaknya ia berpegang dengan kuat menjalankan apa yang menjadi ketentuan jamiyyah agar mendapat ridlo dari Allah SWT.

b.    Nilai Silaturrahim
Jam’iyyah Tahtimul Qur’an Safinatut Taqwa adalah salah satu jamiyyah yang dilakasanakan di rumah-rumah para anggotanya yang mendapat giliran secara bergantian. Hal ini menjadikan yang asalnya belum tahu rumah temannya menjadi tahu, yang sudah tahu menjadi lebih tahu dan semakin dekat, sehingga mempererat tali silaturrahmi. Rasulullah SAW bersabda :
و حَدَّثَنِي عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ شُعَيْبِ بْنِ اللَّيْثِ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ جَدِّي حَدَّثَنِي عُقَيْلُ بْنُ خَالِدٍ قَالَ قَالَ ابْنُ شِهَابٍ أَخْبَرَنِي أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ[17]
Telah menceritakan kepadaku Abdul Malik bin Syu’aib bin Allaist telah menceritakan kepadaku ayahku dari kakekku telah, menceritakan kepadaku ‘Uqail bin Kholid ia berkata,  Ibnu  Syihab berkata telah mengabarkan kepadaku Anas bin Malik bahwa Rasulullah SAW bersabda:”Barang siapa yang suka di luaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah ia bersilaturahim.

Hadits diatas jelas mendorong kaum muslimin untuk senantiasa mempererat tali silaturrahim. Barang siapa yang bersilaturrahim maka akan diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya. Secara langsung hal ini dipraktikkan Jamiyyah Tahtimul Qur’an Safinatut Taqwa dengan bergiliran mengunjungi rumah para anggotanya.

c.    Nilai Penghormatan hari jum’at
Hari jum’at bagi ummat Islam adalah mulya. Dia adalah rajanya hari dalam seminggu. Pada hari itu kaum muslimin berkumpul di masjid untuk mendengarkan khutbah dan solat jum’ah secara berjamaah. Dalam sebuah hadits disebutkan:
 نا الربيع بن سليمان المرادي ، نا عبد الله بن وهب قال : وأخبرني ابن أبي الزناد ، عن أبيه ، عن موسى بن أبي عثمان ، عن أبي هريرة قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « سيد الأيام يوم الجمعة ، فيه خلق آدم ، وفيه أدخل الجنة ، وفيه أخرج منها ، ولا تقوم الساعة إلا يوم الجمعة »[18]
Telah menceritakan kepada kami Ar-Rabi’ bin Sulaiman al-Muradi, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Wahab dia berkata telah mengabarkan kepadaku Ibju Abi az Zunad dari bapaknya dari Musa bin Abi Usman dari Abi Hurairah dia berkata Rasulullah SAW bersabda:” Tuannya semua hari adalah hari jum’at, di hari itu Adam diciptakan, di hari itu dian dimasukkan surge, di hari itu dia dikeluarkan dari surge, dan kiamat tak akan terjadi kecuali di hari jum’at.

Hari jum’at termasuk diantara waktu-waktu yang mustajabah dan  dianjurkan untuk banyak berdoa disamping hari Arafah, setiap hari di bulan Ramadhan, dan waktu sahur.[19] Momen inilah yang digunakan Jamiyyah Tahtimul Qur’an untuk melaksanakan rutinannya membaca al-Qur’an bersama dan berdoa bersama.

d.   Nilai Harapan Syafaat al-Qur’an
Al-Qur’an akan memberikan syafaat besok di hari kiamat bagi pembacanya. Rasulullah SAW bersabda:
حَدَّثَنِي الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْحُلْوَانِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو تَوْبَةَ وَهُوَ الرَّبِيعُ بْنُ نَافِعٍ حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ يَعْنِي ابْنَ سَلَّامٍ عَنْ زَيْدٍ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا سَلَّامٍ يَقُولُ حَدَّثَنِي أَبُو أُمَامَةَ الْبَاهِلِيُّ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ..[20]....(الحديث)

Telah menceritakan kepadaku al-Hasan bin Ali al-Hulwani telah menceritakan kepada kami Abu Taubah yaitu ar-Rabi’ bin Nafi’telah menceritakan kepada kami Mu’awiyyah yakni Ibnu Sallam dari Zaid bahwasannya dia telah mendengar Aba Sallam berkata telah menceritakan kepadaku Abu Umamah al-Bahili dia berkata saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda: bacalah al-Qur’an karena sesungguhnya dia akan datang di hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi pembacanya....

e.    Nilai Tabarrukan bis Syaikh
Seperti yang dijelaskan diatas bahwa Jamiyyah ini muncul karena adanya perintah dari Romo KH. M. Husna untuk senantiasa nderes al-Qur’an. Sehingga jika sampai sekarang para murid masih melanggengkan wiridan tersebut bahkan mengajak teman, tetangga yang lain untuk ikut maka Sang Guru akan senang dan senantiasa mendoakan kebaikan untuk para murid dan yang mau mengikutinya.

F.   Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat peneliti bahwa Jamiyyah Tahtimul Qur’an Safinatuttaqwa merupakan jamiyyah yang terbentuk oleh santri Musholla Safinatuttaqwa atas dawuh beliau Mbah KH. M. Husnan sebagai pengasuh. Dengan kegiatannya adalah membaca al-Qur’an bersama-sama sampai khatam setiap habis sholat jum’at yang bertempat di rumah-rumah para anggota dengan bergilir.
Adapaun nilai-nilai yang terkandung dalam jam’iyya ini berdasarkan penelitian ini meliputi: nilai silaturrahmi, kebersamaan, penghormatan hari jum’at, pengharapan syafaat dan tabarrukan bis Syaikh.

G.    Penutup
Demikian laporan penelitian yang dapat saya sampaikan. Segala kekurangan dan kesalahan mohon maaf dan mohon koreksi adanya. Semoga menjadikan penelitian berikutnya lebih baik dan bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakr Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah, Shohih Ibnu Khuzaimah, Juz 6, hlm. 333 dalam Maktabah Syamilah
Ahmad Farid, Tazkiyyah al Nufus, Beirut: Darul Qalam, tt.
Fahruddin Arrazi, Tafsir ar-Razi: Mafatih al-Ghaib, Juz 4, hlm. 325 dalam Maktabah Syamilah
Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi, Shohih Musli, juz 12, hlm. 411 dalam Maktabah Syamilah.
Ulya,  Metode Penelitian Tafsir, Kudus: Nora Enterprise, 2010.
Observasi Lapangan                 
Wawancara dengan Pengurus Jamiyyah Tahtimul Qur’an Safinatuttaqwa
Eka Pariaman Zai, Pengertian Nilai Hakikatdan Makna Nilai klasifikasi nilai dan hirearki Nilai, dalam  https://ekazai.wordpress.com/2013/03/08/110/.
Nasri Kurnialloh, Pendekatan Hermeneutik dalam Studi Islam, dalam http://nasrikurnialloh.blogspot.com/2013/05/pendekatan-hermeneutik-dalam-studi-islam.html.
Rahmat Fauzi, Pengertian Nilai, dalam http://uzey.blogspot.com/2009 /09/pengertian-nilai.html.


[1] Wawancara dengan pengurus Jam’iyyah, Ibu Ummi Sa’idah, Ahad, 16 November 2014, 13.30 WIB-selesai
[2] Ibid.,
[3] Eka Pariaman Zai, Pengertian Nilai Hakikatdan Makna Nilai klasifikasi nilai dan hirearki Nilai, dalam  https://ekazai.wordpress.com/2013/03/08/110/, 25 November 2014, 05.05 WIB
[4] Rahmat Fauzi, Pengertian Nilai, dalam http://uzey.blogspot.com/2009/09/pengertian-nilai.html, 25 November 2014, 05: 19 WIB.
[5] Ibid., 25 November 2014, 05: 19 WIB.
[6] Ulya,  Metode Penelitian Tafsir, Kudus: Nora Enterprise, 2010, hlm.23
[7] Nasri Kurnialloh, Pendekatan Hermeneutik dalam Studi Islam, dalam http://nasrikurnialloh.blogspot.com/2013/05/pendekatan-hermeneutik-dalam-studi-islam.html, 25 November 2014, 05: 45 WIB.
[8] Ulya,  Op.Cit., hlm.34
[9] Ibid., hlm. 36
[10] Ibid., hlm. 41
[11] Observasi Lapangan, Ahad 23 November 2014
[12] Ibid.
[13] Wawancara dengan Siti Anisah, salah satu pengurus (Seksi Konsumsi) Jamiyyah Tahtimul Qur’an Safinatuttaqwa, Ahad, 23 November 2014, 10.15-selesai
[14] Wawancara dengan Siti Anisah, salah satu pengurus (Seksi Konsumsi) Jamiyyah Tahtimul Qur’an Safinatuttaqwa, Selasa, 25 November 2014, 16.20-selesai
[15] Eka Pariaman Zai, Pengertian Nilai Hakikatdan Makna Nilai klasifikasi nilai dan hirearki Nilai, dalam  https://ekazai.wordpress.com/2013/03/08/110/, 25 November 2014, 05.05 WIB
[16] Fahruddin Arrazi, Tafsir ar-Razi: Mafatih al-Ghaib, Juz 4, hlm. 325 dalam Maktabah Syamilah
[17] Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi, Shohih Musli, juz 12, hlm. 411 dalam Maktabah Syamilah.
[18] Abu Bakr Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah, Shohih Ibnu Khuzaimah, Juz 6, hlm. 333 dalam Maktabah Syamilah
[19] Ahmad Farid, Tazkiyyah al Nufus, Beirut: Darul Qalam, tt., hlm. 56
[20] Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi, Op.Cit., juz 4, hlm. 231

0 Comments

Bagaimana Pendapat Anda ?