NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG
DALAM JAM’IYYAH
TAHTIMUL QUR’AN
MUSHOLLA SAFINATUTTAQWA RAU KEDUNG JEPARA
A. Pendahuluan
Jika sekarang kita saksikan banyak musholla yang sepi dari aktifitas
mengaji, berbeda dengan kondisi santri musholla zaman dahulu yang semangat
mengkaji al-Qurannya tinggi. Di Musholla Safinatuttaqwa yang diasuh beliau Romo
KH. M. Husnan pada zaman dahulu juga banyak ditemui santri yang mengaji. Adapun
penekanan pada saat itu adalah mendalami bacaan al-Qur’an disamping juga ada
pengajian bandongan beberapa kitab salaf yang langsung diasuh beliau, seperti Tafsir
Jalalain, Riyadhus Sholihin, Fathul Mu’in, Ta’limul Muta’allim dan
lain-lain.
Pengajian sorogan al-Qur’an inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya
Jam’iyyah Tahtimul Qur’an Safinatut Taqwa. Setiap selesai mengaji, para santri
melakukan dirosah secara pribadi atau kelompok untuk mempercepat kelancaran
membaca al-Qur’an dan juga mengharap berkah al-Qur’an. Sehingga untuk menambah
semangat dalam bertadarrus al-Qur’an beliau Romo KH. Muhammad Husnan membentuk
perkumpulan tahtiman al-Qur’an dengan anggotakan para santri. Para santri putri
yang senior diwajibkan menghatamkan al-Qur’an secara bersama dalam waktu dua
minggu, sehingga terbentuklah jam’iyyah tersebut. Ummi Sa’adah, putri beliau
yang terakhir, yang saat itu sedang tahfidh al-qur’an di Pondok Pesantren
Manba’ul Qur’an Sukosono Kedung Jepara harus pulang setiap dua minggu sekali
untuk memimpin dan memberikan bimbingan kepada rekan-rekanita santri musholla
dalam jam’iyyah tahtimul qur’an tersebut.[1]
Pada generasi pertama, jumlah anggota hanya 12 orang. Lambat laun
berkembang dan memberi warna pada lingkungan. Sampai saat ini jumlah anggota
mencapai lebih dari 80 orang yang tidak hanya santriwati dan alumni musholla
Safinatuttaqwa saja yang mengikutinya.[2]
Dari beberapa anggota juga ada yang berasal dari desa tetangga. Semangat dan
geliat merekalah yang menjadi sorotan peneliti dalam penelitian ini. Sehingga
penelitian ini saya beri judul NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM JAM’IYYAH
TAHTIMUL QUR’AN MUSHOLLA SAFINATUTTAQWA RAU KEDUNG JEPARA.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaımana gambaran kegiatan Tahtimul Qur’an Safinatut Taqwa Rau Kedung
Jepara ?
2. Apa saja nilai-nilai yang terkandung dalam Jam’iyyah Tahtimul Qur’an
Safinatut Taqwa Rau Kedung Jepara ?
C. Kerangka Teori
1. Pengertian Nilai
Berikuta penulis
kutipkan dari Eka Pariaman Zai bahwa para ahli telah mendefinisikan arti nilai
sebagaimana berikut :
-
Menurut Fraenkel (1977) “A Value is an idea- a concept about- what
some thinks is important in life ( nilai adalah ide atau konsep tentang apa
yang dipikirkan seseorang atau dianggap penting oleh seseorang)
-
Danandjaja, nilai merupakan pengertian-pengertian (conceptions)
yang dihayati seseorang mengenai apa yang lebih penting atau kurang penting,
apa yang lebih baik atau kurang baik, dan apa yang lebih benar atau kurang
benar.
-
Kluckhohn (mulyana, 2004:1) Nilai adalah konsepsi (tersurat atau
tersirat, yang sifatnya membedakan individu atau ciri-ciri kelompok) dari apa
yang diinginkan, yang memengaruhi tindakan pilihan terhadap cara, tujuan antar
dan tujuan akhir.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
nilai itu adalah sesuatu hal yang bersifat abstrak, seperti penilaian baik atau
buruknya sesuatu, penting atau kurang penting, apa yang lebih baik atau kurang
baik, dan apa yang lebih benar atau kurang benar yang dapat mempengaruhi
perilaku manusia dalam bertindak atau berbuat sesuatu hal dalam kehidupan
sosial.[3]
2. Macam-macam Nilai
Dalam filsafat, nilai dibedakan dalam tiga macam, yaitu:
a. Nilai logika
adalah nilai benar salah.
b. Nilai estetika
adalah nilai indah tidak indah.
c. Nilai
etika/moral adalah nilai baik buruk. [4]
Berdasarkan klasifikasi di atas, kita dapat memberikan contoh dalam
kehidupan. Jika seorang siswa dapat menjawab suatu pertanyaan, ia benar secara
logika. Apabila ia keliru dalam menjawab, kita katakan salah. Kita tidak bisa
mengatakan siswa itu buruk karena jawabanya salah. Buruk adalah nilai moral
sehingga bukan pada tempatnya kita mengatakan demikian. Contoh nilai estetika
adalah apabila kita melihat suatu pemandangan, menonton sebuah pentas
pertunjukan, atau merasakan makanan, nilai estetika bersifat subjektif pada
diri yang bersangkutan. Seseorang akan merasa senang dengan melihat sebuah
lukisan yang menurutnya sangat indah, tetapi orang lain mungkin tidak suka
dengan lukisan itu. Kita tidak bisa memaksakan bahwa luikisan itu indah.
Nilai moral adalah suatu bagian dari nilai, yaitu nilai yang
menangani kelakuan baik atau buruk dari manusia. moral selalu berhubungan
dengan nilai, tetapi tidak semua nilai adalah nilai moral. Moral berhubungan
dengan kelakuan atau tindakan manusia. Nilai moral inilah yang lebih terkait
dengan tingkah laku kehidupan kita sehari-hari.
Notonegoro sebagaimana dikutip Rahmat Fauzi menyebutkan bahwa ada 3 macam nilai yaitu sebagai berikut :
Notonegoro sebagaimana dikutip Rahmat Fauzi menyebutkan bahwa ada 3 macam nilai yaitu sebagai berikut :
a. Nilai material,
yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia atau kebutuhan
ragawi manusia.
b. Nilai vital,
yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan
atau aktivitas.
c. Nilai kerohanian,
yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai kerohanian
meliputi
1)
Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta)
anusia.
2)
Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsure
perasaan(emotion) manusia.
3) Nilai kebaikan
atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak (karsa,Will) manusia.
4) Nilai religius
yang merupakan nilai keohanian tertinggi dan mutlak serta bersumber pada
kepercayaan atau keyakinan manusia.[5]
D. Metode Penelitian
1. Pendekatan
Abudin Nata, sebagaimana dikutip Ulya mendefinisikan pendekatan
sebagai cara pandang yang digunakan untuk menjelaskan satu data yang dihasilkan
dalam penelitian[6]. Dalam penelitian ini
pendekatan yang peneliti pakai adalah pendekatan hermeneutikan. Yaitu
menempatkan fenomena yang ada yakni Jam’iyyah Tahtimul Qur’an sebagai sebuah
teks yang mengandung mena (makna). Untuk menggali makna, dalam teori dan pendekatan
hermeneutika yang dikemukakan oleh khaled M. Abou Al-Fadl sebagaimana dikutip
Nasri Kurnialloh, harus memperhatikan 3 unsur yakni: Teks (unsure teks), Author
(unsur pengarang), Reader
(unsure pembaca)[7].
Maka dalam penelitian ini keberadaan jamiyyah peneliti posisikan sebagai teks,
para jamaah sebagai author dan peneliti sebagai reader.
2. Metode Penggalian Data
Untuk menggali data-data yang dibutuhkan,
peneliti menggunakan dua metode. Yang pertama observasi, yakni teknik
pengumpulan data dengan cara peneliti melakukan pengamatan secara sistematis
terhadap fenomena yang menjadi obyek atau sasaran penelitian.[8]
Yang ke dua, wawancara. Yaitu
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga
dapat dikontruksikan makna dalam topic tertentu.[9]
3. Metode Analisis Data
Dalam menganalisis data yang diperoleh, peneliti mengikuti Miles dan Huberman sebagaimana dikutip Ulya, M.Ag., bahwa
langkah-langkah analisis data lapangan sebagai berikut :
a)
Reduksi data, yaitu mengurai data dalam susunan laporan yang terinci (fieldnote).
b)
Display data. Yaitu mengklasifikasi data, mengodekan, dan mensistimatisasikan
agar peta data dikuasai.
c)
Mengambil kesimpulan dan verifikasi.[10]
E. Pembahasan
1. Jam’iyah Tahtimul Qur’an Musholla Safinatut Taqwa
a. Gambaran Umum
Musholla Safinatuttaqwa terletak di RT 3 RW
2 desa Rau Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara. Akan tetapi untuk acara jam’iyyah
bergilir ke rumah-rumah anggota yang mendapat giliran setiap minggunya. Ada
yang dari Rt setempat, lingkungan rw setempat, satu desa bahkan ada dari yang
luar desa, yaitu Sukosono Kedung Jepara.[11]
Acara jam’iyyahan dilaksanakan setiap
minggunya satu kali, yaitu setiap hari jum’at selesai jum’atan. Kecuali
hari-hari besar. Namun kadang mengikuti permintaan tuan rumah yang mempunyai
acara yang membutuhkan bantuan doa, semisal punya hajat syukuran rumah baru,
syukuran menghitankan anaknya, syukuran nikahan bahkan kirim doa untuk keluarga
yang meninggal.[12]
Adapun proses jalannya jamiyyahan tahtimul
Qur’an adalah dimulai dengan pembukaan, pembacaan al-Qur’an dengan
bersama-sama. Oleh karena peserta tahtiman lebih dari 60 orang dan yang dibaca
hanya 30 juz maka pembacaannya dibagi bagi. Satu juz dibaca dua orang atau
lebih dan selebihnya disediakan tasbih untuk berdzikir sebagai pengganti bacaan.
Untuk berdzikir ini diutamakan untuk mereka yang datang bulan karena tidak
boleh membaca al-Qur’an.
Setelah pembacaan al-Qur’an genap 30 juz
maka disambung dengan bacaan tahlil bersama yang dipimpin ketua jamiyyah atau
wakilnya baru kemudian diakhiri dengan doa.
Setelah prosesi bacaan tahtiman dan tahlil
selesai barulah pengumpulan dana iuran sambil pembagian konsumsi. Besaran iuran
jamiyyah adalah sepuluh ribu rupiah. Hasil iuran yang terkumpul tersebut.
Dibagi ke bebrapa obyek. Yang pertama untuk tuan rumah sebagai pengganti uang
konsumsi. Ke dua untuk uang kas organisasi yang penggunaannya sesuai dengan
kesepakatan bersama. Misalnya saat selesai putaran bisa jadi mengadakan
tasyakuran di musholla dengan acara tahtiman juga dan makan-bersama. Kadang juga
melakukan ziarah ke tempat para wali.[13]
b. Susunan Kepengurusan
Setiap organisasi tentunya harus ada
susunan kepengurusannya. Tak terkecuali dengan Jam’iyyah Tahtimul Qur’an
Safinatut Taqwa Rau Kedung Jepara. Adapun susunan kepengurusannya adalah
sebagai sebagai berikut:
- Ketua : Ibu
Rokhaatun
- Wakil Ketua : Ibu Ummi
Sa’idah
- Sekretaris : Ibu
Suciati
- Bendahara : Ibu Suciati
- Seksi Konsumsi : Ibu Anisa dan
Ibu Rokhmatun [14]
2. Nilai-nilai yang Terkandung dalam Jam’iyyah Tahtimul Qur’an Safinatut
Taqwa Rau Kedung Jepara
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa nilai adalah sesuatu hal yang bersifat abstrak, seperti penilaian baik
atau buruknya sesuatu, penting atau kurang penting, apa yang lebih baik atau
kurang baik, dan apa yang lebih benar atau kurang benar yang dapat mempengaruhi
perilaku manusia dalam bertindak atau berbuat sesuatu hal dalam kehidupan
sosial.[15]Maka
setelah peneliti melakukan analisa sederhana, penliti temukan beberapa nilai
yang terdapat dalam kegiatan Jamiyyah Tahtimul Qur’an.
a. Nilai Kebersamaan
Kebersamaan yang tercipta dalam Jam’iyyah Tahtimul Qur’an tentulah
kebersamaan yang bermanfaat yang diridloi Allah, karena di dalamnya para jamaah
yang dipimpin oleh ketua, membaca al-Quran secara bersama-sama sehingga menjadi
lebih semarak dan semangat. Hal ini secara tidak langsung menjadikan al-Qur’an
hidup di tengah masyarakat dan menciptakan masyarakat yang akrab dengan
al-Qur’an. Semangat yang Al-Qur’an yang menggema adalah :
(#qßJÅÁtGôã$#ur
È@ö7pt¿2
«!$#
$YèÏJy_
wur
(#qè%§xÿs?
4
(#rãä.ø$#ur
|MyJ÷èÏR
«!$#
öNä3øn=tæ
øÎ)
÷LäêZä.
[ä!#yôãr&
y#©9r'sù
tû÷üt/
öNä3Î/qè=è%
Läêóst7ô¹r'sù
ÿ$ZRºuq÷zÎ)¾ÏmÏFuK÷èÏZÎ/
“Dan berpegang
teguhlah kamu sekalian dengan tali Allah dan janganlah kamu sekalian berpecah belah,
dan ingatlah nikmat Allah atas kamu semua ketika kamu bermusuh- musuhan maka
Dia (Allah) menjinakkan antara hati-hati kamu maka kamumenjadi bersaudara .......(Q.S.
Ali Imron ayat 103)
Mengenai ayat ini, Ar-Razi memberikan penafsirannya dalam Tafsir Mafatih
al-Ghaib bahwa yang dimaksud al-habl (tali Allah) dalam ayat ini adalah
segala sesuatu yang menyampaikan pada kebaikan dan kebenaran dalam urusan
agama.[16] Sedangkan membaca
al-Qur’an secara berjamaah dengan dipimpin oleh ahli Qur’an merupakan termsuk
dalam kebaikan dan kebenaran dalam beragama. Ketika seseorang sudah masuk dan
bergambung menjadi anggota, sduah selayaknya ia berpegang dengan kuat
menjalankan apa yang menjadi ketentuan jamiyyah agar mendapat ridlo dari Allah
SWT.
b. Nilai Silaturrahim
Jam’iyyah Tahtimul Qur’an Safinatut Taqwa adalah salah satu jamiyyah
yang dilakasanakan di rumah-rumah para anggotanya yang mendapat giliran secara
bergantian. Hal ini menjadikan yang asalnya belum tahu rumah temannya menjadi
tahu, yang sudah tahu menjadi lebih tahu dan semakin dekat, sehingga mempererat
tali silaturrahmi. Rasulullah SAW bersabda :
و
حَدَّثَنِي عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ شُعَيْبِ بْنِ اللَّيْثِ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ
جَدِّي حَدَّثَنِي عُقَيْلُ بْنُ خَالِدٍ قَالَ قَالَ ابْنُ شِهَابٍ أَخْبَرَنِي
أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ
فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ[17]
Telah menceritakan kepadaku Abdul Malik bin Syu’aib bin Allaist telah
menceritakan kepadaku ayahku dari kakekku telah, menceritakan kepadaku ‘Uqail
bin Kholid ia berkata, Ibnu Syihab berkata telah mengabarkan kepadaku
Anas bin Malik bahwa Rasulullah SAW bersabda:”Barang siapa yang suka di luaskan
rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah ia bersilaturahim.
Hadits diatas jelas mendorong kaum muslimin untuk senantiasa mempererat
tali silaturrahim. Barang siapa yang bersilaturrahim maka akan diluaskan
rizkinya dan dipanjangkan umurnya. Secara langsung hal ini dipraktikkan
Jamiyyah Tahtimul Qur’an Safinatut Taqwa dengan bergiliran mengunjungi rumah
para anggotanya.
c. Nilai Penghormatan hari
jum’at
Hari jum’at bagi ummat Islam adalah mulya. Dia adalah rajanya hari dalam
seminggu. Pada hari itu kaum muslimin berkumpul di masjid untuk mendengarkan
khutbah dan solat jum’ah secara berjamaah. Dalam sebuah hadits disebutkan:
نا الربيع بن سليمان المرادي ، نا عبد الله بن وهب قال : وأخبرني ابن أبي
الزناد ، عن أبيه ، عن موسى بن أبي عثمان ، عن أبي هريرة قال : قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم : « سيد الأيام يوم الجمعة ، فيه خلق آدم ، وفيه أدخل الجنة ، وفيه
أخرج منها ، ولا تقوم الساعة إلا يوم الجمعة »[18]
Telah menceritakan kepada kami Ar-Rabi’ bin
Sulaiman al-Muradi, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Wahab dia
berkata telah mengabarkan kepadaku Ibju Abi az Zunad dari bapaknya dari Musa
bin Abi Usman dari Abi Hurairah dia berkata Rasulullah SAW bersabda:” Tuannya
semua hari adalah hari jum’at, di hari itu Adam diciptakan, di hari itu dian
dimasukkan surge, di hari itu dia dikeluarkan dari surge, dan kiamat tak akan
terjadi kecuali di hari jum’at.
Hari jum’at termasuk diantara waktu-waktu yang mustajabah dan dianjurkan untuk banyak berdoa disamping hari
Arafah, setiap hari di bulan Ramadhan, dan waktu sahur.[19]
Momen inilah yang digunakan Jamiyyah Tahtimul Qur’an untuk melaksanakan rutinannya
membaca al-Qur’an bersama dan berdoa bersama.
d. Nilai Harapan
Syafaat al-Qur’an
Al-Qur’an akan memberikan syafaat besok di hari kiamat bagi pembacanya. Rasulullah
SAW bersabda:
حَدَّثَنِي
الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْحُلْوَانِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو تَوْبَةَ وَهُوَ
الرَّبِيعُ بْنُ نَافِعٍ حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ يَعْنِي ابْنَ سَلَّامٍ عَنْ
زَيْدٍ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا سَلَّامٍ يَقُولُ حَدَّثَنِي أَبُو أُمَامَةَ
الْبَاهِلِيُّ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا
لِأَصْحَابِهِ..[20]....(الحديث)
Telah menceritakan
kepadaku al-Hasan bin Ali al-Hulwani telah menceritakan kepada kami Abu Taubah
yaitu ar-Rabi’ bin Nafi’telah menceritakan kepada kami Mu’awiyyah yakni Ibnu
Sallam dari Zaid bahwasannya dia telah mendengar Aba Sallam berkata telah
menceritakan kepadaku Abu Umamah al-Bahili dia berkata saya telah mendengar
Rasulullah SAW bersabda: bacalah al-Qur’an karena sesungguhnya dia akan datang
di hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi pembacanya....
e. Nilai Tabarrukan bis
Syaikh
Seperti yang dijelaskan diatas bahwa Jamiyyah ini muncul karena adanya
perintah dari Romo KH. M. Husna untuk senantiasa nderes al-Qur’an. Sehingga
jika sampai sekarang para murid masih melanggengkan wiridan tersebut
bahkan mengajak teman, tetangga yang lain untuk ikut maka Sang Guru akan senang
dan senantiasa mendoakan kebaikan untuk para murid dan yang mau mengikutinya.
F. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat peneliti bahwa
Jamiyyah Tahtimul Qur’an Safinatuttaqwa merupakan jamiyyah yang terbentuk oleh
santri Musholla Safinatuttaqwa atas dawuh beliau Mbah KH. M. Husnan sebagai
pengasuh. Dengan kegiatannya adalah membaca al-Qur’an bersama-sama sampai
khatam setiap habis sholat jum’at yang bertempat di rumah-rumah para anggota
dengan bergilir.
Adapaun nilai-nilai yang terkandung dalam
jam’iyya ini berdasarkan penelitian ini meliputi: nilai silaturrahmi,
kebersamaan, penghormatan hari jum’at, pengharapan syafaat dan tabarrukan bis
Syaikh.
G. Penutup
Demikian laporan penelitian yang dapat saya
sampaikan. Segala kekurangan dan kesalahan mohon maaf dan mohon koreksi adanya.
Semoga menjadikan penelitian berikutnya lebih baik dan bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakr Muhammad bin Ishaq bin
Khuzaimah, Shohih Ibnu Khuzaimah, Juz 6, hlm. 333 dalam Maktabah
Syamilah
Ahmad Farid, Tazkiyyah al Nufus, Beirut:
Darul Qalam, tt.
Fahruddin
Arrazi, Tafsir ar-Razi: Mafatih al-Ghaib, Juz 4, hlm. 325 dalam Maktabah
Syamilah
Muslim bin
al-Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi, Shohih Musli, juz 12, hlm. 411 dalam
Maktabah Syamilah.
Ulya, Metode Penelitian Tafsir, Kudus: Nora
Enterprise, 2010.
Observasi
Lapangan
Wawancara dengan Pengurus Jamiyyah
Tahtimul Qur’an Safinatuttaqwa
Eka Pariaman Zai, Pengertian Nilai Hakikatdan
Makna Nilai klasifikasi nilai dan hirearki Nilai, dalam https://ekazai.wordpress.com/2013/03/08/110/.
Nasri
Kurnialloh, Pendekatan Hermeneutik dalam Studi Islam, dalam http://nasrikurnialloh.blogspot.com/2013/05/pendekatan-hermeneutik-dalam-studi-islam.html.
[1] Wawancara dengan pengurus Jam’iyyah, Ibu Ummi Sa’idah,
Ahad, 16 November 2014, 13.30 WIB-selesai
[3] Eka Pariaman Zai, Pengertian
Nilai Hakikatdan Makna Nilai klasifikasi nilai dan hirearki Nilai, dalam https://ekazai.wordpress.com/2013/03/08/110/, 25
November 2014, 05.05 WIB
[4]
Rahmat Fauzi, Pengertian Nilai, dalam http://uzey.blogspot.com/2009/09/pengertian-nilai.html, 25
November 2014, 05: 19 WIB.
[5] Ibid.,
25 November 2014, 05: 19 WIB.
[7] Nasri Kurnialloh, Pendekatan Hermeneutik dalam
Studi Islam, dalam http://nasrikurnialloh.blogspot.com/2013/05/pendekatan-hermeneutik-dalam-studi-islam.html, 25 November 2014, 05: 45 WIB.
[10] Ibid.,
hlm. 41
[11]
Observasi Lapangan, Ahad 23 November 2014
[12] Ibid.
[13]
Wawancara dengan Siti Anisah, salah satu pengurus (Seksi Konsumsi) Jamiyyah
Tahtimul Qur’an Safinatuttaqwa, Ahad, 23 November 2014, 10.15-selesai
[14]
Wawancara dengan Siti Anisah, salah satu pengurus (Seksi Konsumsi) Jamiyyah
Tahtimul Qur’an Safinatuttaqwa, Selasa, 25 November 2014, 16.20-selesai
[15] Eka Pariaman Zai, Pengertian
Nilai Hakikatdan Makna Nilai klasifikasi nilai dan hirearki Nilai, dalam https://ekazai.wordpress.com/2013/03/08/110/, 25
November 2014, 05.05 WIB
[17] Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi, Shohih
Musli, juz 12, hlm. 411 dalam Maktabah Syamilah.
[18] Abu Bakr Muhammad
bin Ishaq bin Khuzaimah, Shohih Ibnu Khuzaimah, Juz 6, hlm. 333 dalam
Maktabah Syamilah
0 Comments
Bagaimana Pendapat Anda ?