Kamis, 13 Maret 2014

3 NUZULUL QUR’AN DAN LAILATUL QADR

MEMETIK HIKMAH DARI

NUZULUL QUR’AN DAN LAILATUL QADR

(Studi Tafsir Surah Al-Qadr Ayat  1-5)

A.    Pendahuluan

Mungkin pemahaman kita tentang nuzulul qur’an dan lailatul qadr, masih saling tumpang tindih. Sebagaimana diterangkan dalam al-Qur’an bahwasannya Al-Qur’an diturunkan pada malam lailatul qadr (QS. Al-Qadr:1). Akan tetapi mengapa peringatan nuzulul Qur’an dilaksanakan pada malam 17 Ramadhan sedangkan malam lailatul qadr dicari di hari-hari ganjil di sepuluh hari terakhir  Romadlon yakni malam 21, 23, 25, 27 dan 29. Bagaimana terjadi demikian dan bagaimana selayaknya orang yang beriman memanfaatkan momentum ini sebagai upaya membumikan al-Qur’an dalam kehidupan masyarakat.
Berangkat dari latar belakang ini penulis mencoba mengurai makalah ini dengan judul Memetik Hikmah dari Nuzulul Qur’an dan Lailatul Qadr: Studi Tafsir Surah Al-Qadr.

B.    Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas kiranya dapat penulis rumuskan pembahasan sebagai berikut :
  1. Bagaimana hakikat Nuzulul Qur’an dalam Al-Qur’an Surah Al-Qadr 1-5 ?
  2. Bagaimana hakikat Lailatul Qadr dalam Al-Qur’an Surah Al-Qadr 1-5?
  3. Apa hubungan Lailatul Qadr dengan Nuzulul Qur’an ?
  4. Bagaimana memanfaatkan moment Nuzulul Quran dan Lailatul Qadr ?

C. Pembahasan

1.    Nuzulul Qur’an

a.    Arti Nuzulul Qur’an

Nuzulul Qur’an terdiri dari dua kata yaitu, nuzul dan al-qur’an. Nuzul adalah bentuk masdar dari fiil madli nazala yang artinya turun atau berpindah dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, baik secara material maupun immaterial.  Sedangkan Al-Qur’an adalah firman Allah yang berbahasa arab,  diturunkan secara berangsur-angsur, melalui (peranrantaraan) Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW, disampaikan kepada kita secara mutawatir, dihafal dan ditulis manusia sejak masa kehidupan Nabi Muhammad SAW, diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas, yang merupakan mukjizat dan membacanya adalah suatu ibadah yang berpahala . Sehingga yang dimaksud dengan Nuzulul Qur’an disini adalah proses turunnya atau perpindahan al-Qur’an dari tempat yang tinggi baik dari lauhul mahfudh  ke baitul izzah yang berada di langit dunia, ataupun fase yang ke dua yakni secara berangsur-angsur dari langit dunia kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril.

b.    Tahapan Nuzulul Qur’an

Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan:
قال ابن عباس وغيره: أنزل الله القرآن جملة واحدة من اللوح المحفوظ إلى بيت العِزّة من السماء الدنيا، ثم نزل مفصلا بحسب الوقائع في ثلاث وعشرين سنة على رسول الله صلى الله عليه وسلم.

Sebagaimana disinggung dalam definisi bahwasannya al-Qur’an diturunkan Allah SWT melalui dua tahap. Yang pertama secara global dari al Lauh al Mahfudh ke Bait al Izzah  yang berada di langit dunia, dimana Malaikat Jibril mendekte pada para  malaikat yang ada di langit dunia untuk kemudian mereka menulisnya di lampiran-lampiran yang  kemudian di simpan di suatu tempat diantara langit dunia itu yang disebut Bait al Izaa. 

Yang ke dua, diturunkannya al-Qur’an secara berangsur-angsur selama kurun waktu 23 tahun  sesuai dengan kebutuhan atau permasalahan yang dihadapi Nabi Muhammad SAW. Sehingga ada istilah asbabun nuzul, atau sebab-sebab turunnya al-Qur’an.

2.    Lailatul Qadr

a.    Arti Lailatul Qadr

Lailatul Qadr terdiri dari dua suku kata, yaitu al Lail dan al-Qadr. Secara bahasa makna kata lail adalah malam. Dan al-qadr sebagaimana memiliki beberapa arti. 

  • Penetapan, artinya malam penetapan Allah atas perjalanan hidup makhluq selama setahun. Penetapan itu – misalnya- meliputi rizki, umur dan lain-lain.
  • Pengaturan, yakni pada malam itu Allah mengatur setrategi Nabi Muhammad guna mengajak manusia pada agama yang benar.
  • Kemuliaan. Dalam arti ke tiga ini setidaknya ada tiga pendapat: yang pertama, malam ini mulia dan tiada bandingannya karena terpilih sebagai malam turunnya al-Qur’an. Yang ke dua, malam ini mulia dikaitkan dengan ibadah, yakni ibadah pada malam tersebut mempunyai nilai tambah berupa kemuliaan dan ganjaran  tersendiri, berbeda dengan malam malam lainnya. Dan yang ke tiga Bahwa orang-orang yang semula tidak memiliki kedudukan tinggi, akan medapat kemuliaan, apabila pada malam tersebut mereka dengan khusyu’ dan tunduk kepada Allah menyadari dosa-dosanya  serta bertekad untuk meninggalkannya dan tidak mengulanginya lagi.
Beberapa arti di atas tidaklah saling bertentangan yang pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa lailatul qadr adalah malam yang mulia lagi hebat, sebagaimana diisyaratkan dalam surah al-Qadr pada ayat kedua dengan menyebutkan    yang biasanya digunakan untuk kehebatan dan keagungan sesuatu . Kemudian dijelaskan pada  ayat ketiga bahwasannya malam itu lebih utama dari seribu bulan.

Kemuliaan lailatul qadr yang lebih baik dari seribu bulan berarti bahwa, nilai pahala ibadah pada malam lailatul Qadr melebihi pahalanya dibandingkan dengan beribadah pada seribu bulan yang lain. Sehingga perlu diperhatikan bahwa kelebihan itu adalah nilai pahala bukan kewajiban ibadah. Dan amat keliru mereka yang hanya ingin beribadah dan melaksanakan kewajiban agama pada lailatul qadr atau malam-malam Ramadhan dan tidak lagi melaksanakan kewajiban pada hari hari lainnya dengan dalih bahwa pelaksanaannya ketika itu sudah seimbang dengan pelaksanaan tuntutan agama seribu bulan lainnya. 

3.    Hubungan Lailatul Qadr dengan Nuzulul Qur’an

Firman Allah SWT pada ayat pertama surat al-Qadr menunjukkan bahwasannya Al-Qur’anul Karim diturunkan pada malam lailatul Qadr. Jika muncul pertanyaan mengapa Dlomir hu() pa pada  lafadh   dirujukkan pada al-Qur’an sedangkan lafadh al-Qur’an tidak disebutkan sebelumnya, maka hal ini karena kebesaran al-Qur’an dan kemasyhuran perkaranya, sehingga tidak butuh akan penjelasan. Hal ini didukung akan lafadh anzalnaa dalam ayat ini berma’na auhainaa (telah kami wahyukan)  maka tiada yang lain pembahasannya kecuali al-Qur’an. Karena salah satu  bentuk pengagungan yang dikenal dalam bahasa adalah tidak menyebutkan nama yang diagungkan selama ada qarinah (indikator atau tanda-tanda) yang dapat mengantar pendengar atau pembacanya kepada yang diagungkan itu. 

Dari sini dapat disimpulkan bahwasannya hubungan antara nuzulul Qur’an dan lailatul qadr bahwa, malam lailatul qadr adalah waktu dimana al-Qur’an diturunkan secara global dari al Lauh al Mahfudh ke Bait al Izzah di langit dunia atau diuturunkannya pertama kali di kepada Nabi Muhammad di Gua Hiro’. Sebagaimana dinukil M. Qurais Shihab dalam Tafsir Al-Misbah, bahwasannya Thohir  Ibn Asyur  menyatakan bahwa lima ayat yang pertama  dari surat al-‘Alaq 1-5 turun pada tanggal 17 Ramadlan .
Kecenderungan Ulama yang menyatakan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 17 Ramadhan adalah atas dasar firman Allah SWT yang artinya:


"….jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa, yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, Yaitu di hari bertemunya dua pasukan. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. Al-Anfal: 41).

Mereka (sebagian ahli tafsir) memahami hari al-Furqaan Ialah adalah hari turunnya al-Qur’an, sedangkan yang dimaksud hari bertemunya dua pasukan adalah  hari perang Badar. Di sisi lain mereka berpendapat bahwa perang badar terjadi pada hari Jum'at 17 Ramadhan tahun ke 2 Hijriah. Sehingga setiap tanggal 17 Ramadhan kita peringati malam nuzulul Qur’an. Kendati demikian persamaan itu hanya ada pada tanggal bukan pada tahun terjadinya peperangan tersebut karena secara pasti wahyu-wahyu al-Qur’an sudah sangat banyak yang turun sebelum hijrah Nabi SAW  ke Madinah.

Kemuliaan lailatul qadr tidak hanya terjadi sekali saat turunnya al-Qur’an dari lauhul mahfudh atau yang pertama kali  turun kepada Nabi. Akan tetapi setiap tahun pada bulan suci Ramadhan adalah mengandung lailatul qadr. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi SAW.

 عن ابن عمر رضي الله عنهما قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم التمسوها فى اعشر الأواخر _يعنى ليلة القدر_ فإن ضعف
أحدكم أوعجز فلا يغلبن على السبع البواقى

Dari Ibnu Umar RA. Berkata, Rosulullah SAW. Bersabda: carilah malam lailatul qadr itu pada sepuluh malam terakhir , kalau kamu tidak mampu, jangan tertinggal tujuh malam terakhirnya.  

Kemudian, Rosulullah juga pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan lebih giat dalam qiyamul lail serta membangunkan keluarganya untuk ikut beribadah.

عن عا ئشة رضي الله عنها قالت : كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا دخل العشر أحيا الليل وأيقظ أهله وجدّ وشدّ المئزر

Dari sayyidah ‘Aisyah RA. Berkata:apabila telah memasuki sepulh akhir bulan Ramadhan, Rasululla SAW menghidupkan malam (beribadah) dan membangunkan istrinya untuk beribadah, serta giat beribadah da menjauhi istrinya.

4.    Memetik Hikmah dari Moment Nuzulul Qur’an dan Lailatul Qadr

Dalam upaya membumikan al-Qur’an dalam kehidupan masyarakat, dalm hal ini khususnya ummat Isalam, mengacu dua moment besar Nuzulul Qur’an dan Lailatu Qadr, kiranya kita dapat mengambil pelajaran sebagai berikut.

Yang pertama, surat al-‘Alaq 1-5 sebagai wahyu yang  pertama diterima Nabi SAW bagiakan menyatakan, ‘bacalah wahyu wahyu Ilahi yang sebentar lagi banyak engkau (Muhammad) terima dan baca juga alam masyarkatmu. Bacalah agar engkau membekali dirimu dengan kekuatan pengetahuan. Bacalah semuanya itu tetapi dengan syarat hal tersebut engkau lakukan dengan atau demi nama Tuhan yang selalu memlihara dan membimbingmu yang mencipta semua makhluq kapan dan dimanapun’.  

Oleh karena di dalam ayat tersebut kata iqro’(bacalah) tiada menyebutkan obyeknya maka perintah baca ini mencakup segala hal yang dapat dijangkau, baik merupakan bacaan suci yang bersumber dari Tuhan ataupun bukan, baik yang menyangkut ayat-ayat tertulis maupun yang tidak tertulis. Sehingga perintah iqro’ mencakup telaah terhadap alam raya, masyarakat dan diri sendiri, baik yang tertulis maupun tidak.  

Yang ke dua, sebagaimana dikutip M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah, Syaikh Abdul Halim Mahmud (Mantan pemimpin tertinggi al-Azhar) menulis dalam bukunya, al-Qur’an fi Syahr al-Qur’an, bahwa dengan kalimat iqro’ bismi robbika, al-Qur’an tidak sekedar memerintahkan untuk membaca. Tapi membaca adalah lambang dari segala apa yang dilakukan manusia, baik yang sifatnya aktif ataupun pasif. Kalimat tersebut dalam pengertian dan semangatnya ingin menyatakan ‘bacalah demi Tuhanmu, bergeraklah demi Tuhamu, bekerjalah demi Tuhanmu’. Demikian juga apabila Anda berhenti bergerak atau berhenti melakukan sesuatu aktivitas, hendaklah hal tersebut didasarkan pada bismi robbika, sehingga pada akhirnya  ayat tersebut berarti, jadikanlah seluruh kehidupanmu, wujudmu, dalam cara dan tujuannya, kesemuanya demi karena Allah.  

Yang ke tiga, Lailatul Qadr  sangat istimewa dan hebat. Di malam itu al-Qur’an yang menjadi pedoman hidup kita diturunkan, dan ketika malam lailatul qadr para malaikat turun untuk memberikan do’a kepada setiap hamba yang beribadah berdzikir kepada Allah SWT. Sehingga orang yang mendapatkan lalilatul Qadr  akan semakin kuat dorongan dalam jiwanya untuk melakukan kebajikan kebajikan pada sisa hidupnya sehingga ia merasakan kedamaian abadi.  Kemudian kehebatan dan kemuliaan lailatul qadr hendaknya menjadi perhatian bagi kita untuk senantiasa menjalani kehiduan ini dengan penuh semangat mengabdi kepada Allah SWT. karena Allah menyimpan banyak rahasia yang mana apabila kita menemukannya maka kita akan mendapatkan kemuliaan itu

Dan yang ke empat, Di samping lailatul qadr, dalam Tafsir As-Showi djelaskan bahwa Allah SWT merahasiakan banyak hal agar kita tetap berhati-hati dan bersungguh dalam menjalani hidup ini. Diantaranya, Allah merahasiakan waktu terkabulnya do’a di hari jum’at aga kita berdoa di setiap waktu di hari itu karena kemulian hari jum’at tersendiri sebagai hari yang utama diantara hari-hari yang lain dalam seminggu. Allah menyimpan keridhoa’annya di setiap ketaatan hamba kepada-Nya agar semua perintah ditaatinya. Allah menyimpan kemurkaan-Nya di setiap kemaksiatan terhadap-Nya agar manusia menjaga diri dan menjuhi kemaksiatan tersebut. Allah merahasiakan wali diantara setiap mukmin agar kita senantiasa berbaik sangka kepada setiap mukmin. Dan Allah merahasiakan kedatangan kiamat disetiap waktu agar kita tetap takut dan senantiasa bersiap-siap akan kedatangannya dengan berbagai macam ketaatan. 

D.    Penutup

1.    Simpulan

Lailatul qadr merupakan malam yang agung lagi hebat yaitu malam yang di dalamnya al-Qur’an diturunkan secara global dari lauhul mahfudh ke langit dunia dan pertama turun ke bumi. Sebagian ulama’ menyatakan bahwa waktu pertama kali Nabi Muhammad menerima wahyu adalah pada malam 17 Ramadhan berdasarkan ayat perang badar Surat al-Anfal ayat 41, yang dita’wil adanya kesamaan tanggal turunnya al-Qur’an yang pertama kali yaitu 17 Ramadhan sehingga sampai saat ini kita memperingati nuzulul qur’an setiap tanggal 17 Ramadhan.

Sehubungan dengan wahyu yang pertama diterima Nabi adalah surat  al-Alaq 1-5, maka semangat iqro’ pelu kita bangkitkan dengan senantiasa membaca ayat-ayat Allah yang sifatnya kalamiyyah ataupun kauniyyah sebagai bekal menjalani hidup untuk mengabdi kepada Allah dalam segala bidang dan pekerjaan kita agar senantiasa mendapatkan ridloNya.

Kemudian rahasia Lailatul Qadr yang disimpan Allah setiap tahunnya di malam-malam Ramdhan memberikan pesan agar kita berhati-hati dan bersungguh-sungguh dalam menyikapi perintah dan larangan Allah mengingat rahasia-rahasia kemuliaan-kemuliaan yang diselipkan Allah dalam setiap penciptaa_Nya. Dan amat keliru mereka yang hanya ingin beribadah dan melaksanakan kewajiban agama pada lailatul qadr atau malam-malam Ramadhan dan tidak lagi melaksanakan kewajiban pada hari hari lainnya dengan dalih bahwa pelaksanaannya ketika itu sudah seimbang dengan pelaksanaan tuntutan agama seribu bulan lainnya.

2.    Penutup

Demikianlah uraian tentang Memetik Hikmah dari Nuzulul Qur’an dan Lailatul Qadr.  Apabila ditemui manfaat, niscaya semua itu datang dari Allah., dan apabila ditemukan banyak kekurangan dan kekhilafan itu adalah dari penulis yang banyak salah dan lupa. Mohon kritik kontruktif dari pembaca yang budiman untuk menjadikan penulis lebih baik ke depan dan mohon maaf adanya.

 

 

DAFTAR PUSTAKA


M. Quraish Shihab,  Tafsir Al Msbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Ahmad Izzan, Ulumul Qur’an: Telaah Tekstualitas dan Kontekstualitas Al-Qur’an, cet. Ke IV, Bandung : Tafakur, 2011.
Lauhul Mahfudh adalah catatan yang terpelihara dengan baik yang berisi catatan mengenai segala sesuat yang eksis dan yang ditulis sejak zaman azali. (Ahsin W. Al-Hafidz, Kamus Ilmu Al-Qur’an, tkt.: Sinar Grafika Offset, 2005.
Abu Fidak Ismail bin Amr al-Bashriy, Tafsir Ibnu Katsir, dalam Al-Maktabah As-Syamillah, jz. 8.
Menurut bahasa, Bait al Izzah artinya rumah yang mulia. Sedangkan yang dimaksud yaitu di langit dunia, tempat diturunkannya Al-Qur’an secara global (utuh) dari hadirat Allah, kemudian dari baitil izzah diturunkan kepada Rasulullah  SAW. Secara berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan. (Ahsin W. Al-Hafidz, Op.Cit., hlm. 55).
Dalam suatu keterangan dijelaskan bahwa masa turunyya wahyu adalah 22 tahun, 2 bulan dan 22 hari (M. Quraish Shihab,  Tafsir Al Msbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Waryono Abdul Ghafur, Tafsir Sosial:Mendialogkan Teks dan Konteks, Yogyakarta: Elsaq Press, Cet. I, 2005, hlm. 220.
Thohir  Ibn Asyur Presiden adalah Mufti Madhzhab Maliki Tunisia dan Guru Besar Universitas Zaitun di Tunisia. Hidup pada 1879-1973 M/ 1296-1393 H. (Al-Maktabah as Syamilah Versi 2.)
Zaki al-Din ‘Abd al-‘Azhim Al-Mundzir, Ringkasan Shahih Muslim, terj. Shingithy Djamaluddin dan HM. Muchtar Zoerni, Bandung : PT. Mizan Pustaka, 2008.

3 Comments

Unknown mengatakan...

coba dicari literaturnya lagi, malam lailatul qadar itu bukan malam turunnya alquran seperti yang anda uraikan pada angka 2 huruf a (arti lailatul qadar).

turunnya alquran dan lailatul qadar adalah sesuatu yang berbeda diantara keduanya, namun kedua peristiwa tersebut terjadi pada bulan ramadhan.

semoga membantu...

RienPAI mengatakan...

👍👍👍👍

Unknown mengatakan...

Itu udh jelas mas, kata al qadar merujuk kpd asma allah yakni al qaadir bahwa allah maha kuasa atas segala sesuatu, dan al quran adalah perkataan allah, jadi kata anzalnaahu itu artinya diturunkannya alquran, referensinya adalah alquran sendiri "afalaa ta'qilun"

Bagaimana Pendapat Anda ?